Rabu, 14 September 2011

menunggumu

aku masih akan selalu menunggumu
meskipun debu debu
kian menebal di pigura hatiku
aku tak peduli
karena ada sesuatu dalam dirimu
yang aku yakin itu milikku
bukankah kau telah lama tahu
akan semua itu
yang selalu ingin aku tahu
itu hatiku
...

cemburu

bukan karena hilangnya percayaku
kepadamu...
pada terik matahari yang membakar sekujurku
juga angin yang menerpaku
aku selalu bertanya tanya tentang dirimu
hanya saja saat saat kau jauh dariku
api cemburu
seringkali menjilatku
...

Senin, 12 September 2011

mencintaimu itu indah

mencoba tak pedulikan kehadiranmu
adalah hal yang susah
hanya membuat langkahku kian tak terarah
meski merindukanmu
seringkali membuatku resah
dan gundah
namun mencintaimu
itu indah
...

seperti penari

teruslah kau berdendang dan menari nari
menebarkan seribu janji
ubahlah malam malam agar tak lagi sepi
hingga getarkan birahi
banyak lelaki

nikmatilah selagi kau sempat menikmati
sebelum malam berganti pagi
karena tak mungkin lagi menipu diri
nyata harus kau hadapi
tepislah mimpi

terombang ambing rindu

bagaimana bisa secepatnya aku bersandar di dermaga hatimu
sedang aku masih terombang ambing gelombang rindu
saat mengarungi samudera cintamu
yang seolah tiada bertepi
...

jangan ada sesal

carilah kekuranganku sebanyak yang ingin kau tahu
agar engkau semakin mengenaliku
agar penyesalan tak pernah menjamahmu
saat nanti kau berjalan disampingku
bersamaku mengisi hari hari
...

angan dan waktu

pernah aku menjejali waktu dengan setumpuk anganku
namun aku semakin tersesat di ruang hampa
lalu perlahana aku menyuapinya dengan kenyataan
perlahan pun aku terbebaskan
...

aku menantimu

lihatlah matahari yang sudah semakin meninggi
jangan tunggu hingga senja nanti
untuk langkahkan kaki
segera buyarkan bunga tidur malam tadi
karena di sini...
di persimpangan jalan ini
aku menantimu
...

sekelebat bayangmu

sekelebat bayanganmu masih menempel di dinding malam
dan kesunyian ini pun aku lahap sendiri
tiada semilir yang membelai
ketika kejenuhan menjalari rongga rongga
dari jiwa renta
sebelum akhirnya pada kehampaan
terhembuskan
...

melarung rindu

seandainya semilir ini adalah riak riak ombak
di luas gelapnya samudera malam
tentu kan kularung rinduku
namun malam hanyalah karang yang kokoh
tegar tak bergeming
setelah menelan celoteh camar senja tadi
tertimbun hamparan pasir
tak terjejaki
...

itulah rinduku

seolah rasa ini hanya ada padaku
tak merasuki hatimu
tak mengganggu malam malam sepimu
tak pula memberontak pilu
...itulah rinduku
kepadamu
...

aku rindu secangkir senyummu...

kiranya telah terlalu lama aku menghisap kejenuhan ini
menunggu secangkir senyum yang kau seduh dengan keikhlasan
tertuang dengan penuh kesabaran
lalu sehangat dan sepenuh kemesraan kau hidangkan
hanya untukku
...

aku membencimu

kebencian ini nggak akan pernah ada
andai cinta tak pernah ada antara kita
juga duka pada sisa waktu yang ditinggalkannya
karena melupakanmu mana aku bisa
namun mengapa kepercayaan dipermasalahkan
bila masih merasa layak dipercaya
sedang pada kenyataannya
kau masih saja terus mencari hati yang lain
untuk mendengar dan mengerti
suara hatimu
...

sang waktu...

coba saja aku bisa berdialog dengan sang waktu
pasti aku tawarkan padanya
sejenak untuk mampir di berandaku
untuk sekedar berbicara
tentang setiap yang dilaluinya saat aku tak bersamanya
juga tentang esok yang kan ditempuhnya
namun sang waktu hanya membisu dan terus berlalu
tak hiaukan aku yang berlari lari kecil
disampingya
...

BETINAKU

kini aku menjadi sangat benci sekali kepadamu
tahukah kau...?
karena kau adalah virus yang menggerogoti
hatiku
namun mengapa aku
mencintaimu ?
...

senyummu bunga...

jalanan terjal di depanku mampu kutempuh karena hadirmu
senyummu adalah bunga bunga bermekaran
menebar harum wewangian
pengusir bau busuknya luka meradang
di telapak kakiki
...

KEMERDEKAAN...?

beberapa aksara berjajar membentuk tulisan
memang...terlihat begitu indah
meski kenyataan hanyalah sebuah peralihan kekuasaan
dengan berbagai ikatan peraturan
tetap saja menciptakan kasta dan perbedaan perbedaan
lalu jejali hari hari dengan berbagai persyaratan dan sejuta alasan
sepihak dalam memutuskan
seolah makanan mentah yang harus kita telan
demi bertahan hidup dibawah bendera
KEMERDEKAAN...