Sabtu, 30 Juli 2011

genap 534 hari

genap sudah 534 hari
aku bersanding dengan sekuntum flamboyan
dari layu hingga mekarnya

genap sudah 534 hari
aku menitipkan segumpal hatiku padanya
jantungku berdetak atas namanya

genap sudah 534 hari
aku menjadikanya bagian dari hidupku
nafasku berhembus karenanya

genap sudah 534 hari
dia selalu ada dalam serangkaian mimpiku
untaian tentang esok

dan kini...hari menorehkan 535
semua menjadi sunyi
dia pergi
...

Kamis, 28 Juli 2011

terpanggang

gemerisik ini bukanlah dendang merdu
gemerisik ini hanyalah pekik pilu
jiwa yang tersayat

geliat ini bukan tentang sebuah rasa
geliat ini hanyalah erangan lara
jiwa yang terpanggang

tarian ini sudah tak lagi elok gemulai
tarian ini hanyalah tatih ringkih
jiwa yang rapuh
...

ketika tak ada sapa

sepertinya kita telah mulai lupa pada kebiasaan lama
saling menyapa dalam tata bahasa rasa
saling berbagi suasana hati
entah tentang suka entah pula duka
dan malam ini...
aku ingin kita mengingat ingatnya kembali
lalu mengejanya kembali
meski sepatah dan terpatah patah
aku hanya tak ingin ada sebuah gunung es
yang tercipta oleh kebekuan ini
maukah kau ?
...

Minggu, 24 Juli 2011

setelahnya...

sepertinya memang gak ada yang perlu di ingat lagi
bahkan mengulangnya kembali
memberi keindahan pada jalanan malam hari
yang bisa saja terjadi
pada setiap siapapun yang mau melaluinya
pun akhirnya kembali terbuai mimpi menunggu pagi
meskipun kenyataannya pada matahari
kau takut tersengat
...

hanya sebentar saja

bila masih ada ruang untukku
bolehkah aku mendekat dan duduk disampingmu
mengatakan tentang kemarin padamu
sebentar saja...

ya...tentang kemarin...
ketika kau dekatkan wajahmu di pipiku
kurasakan hangat nafasmu
juga lingkar lenganmu di pinggangku
yang aku dekap erat
dan aku enggan melepaskannya
saat itu...

bila masih ada waktu tersisa
aku ingin mengulang saat seperti itu berkali kali
hingga aku tak mampu menghitung entah seberapa kali
hingga aku tak sanggup menatapmu lagi
pun juga ketika kau berbagi rasa
seperti halnya cherry yang kausuapkan kepadaku
saat itu...

berdua kita merasakannya suasana malam itu
menyusuri jalanan berdua
bercanda dan bercerita apa saja
nggak peduli...
hingga kita hampir tertabrak laju sepeda
di belakang kita

ah...maafkan aku bila karena semua itu
aku tak bisa melupakanmu
...

di sela cinta dan puisi

mungkin saja aku menemukan cinta dalam puisi
atau mungkin sebaliknya
aku menemukan puisi dalam cinta
aku tak tahu...
karena yang aku tahu di selanya
ada terselip rindu
...

titip rindu

singgahlah sebentar saja di pelataran hatiku
sebelum lanjutkan langkahmu
karena aku ingin menitipkan sekeping rindu
agar tak terlalu menumpuk
di dadaku
...

suatu malam dipantai sanur


di pundak kiriku kepalamu kau sandarkan
sudah seharusnya kan ?
ketika tangan kiriku juga harus membelai rambutmu
dan lalu sesekali aku sentuh dagumu
mendongakkan kepalamu
untuk bisa aku mengecup keningmu
bahkan bibirmu...
ketika terlalu lama kau diam membisu
saat mendengar aku bercerita
malam itu...
yang meski nggak banyak bintang ada menghiasi
namun purnama telah begitu indah
ada dan rela
menjadi saksi janji kita
ah.....
tiba tiba debur ombak memecah sunyi
kiranya aku hanya berilusi
...
Sanur, 16072011

angin malam

betapa ingin aku menitipkan rindu di lembut desirmu
ketika dingin mengoyak sadarku
dan senyap menerpaku
semerdu dendang serangga malam
menyambutmu
...

jalani saja...

jalani saja yang semestinya kita jalani
mengiringi detak waktu
percayalah akan ada saat menunjukkan
sesuatu yang seharusnya
tentang kita
...

namun dia...

masih seperti dulu setiap yang di katakannya kepadaku
tentang betapa sulitnya dia melupakanku
tentang cinta dan kerinduannya
yang dia bilang angkuh sang waktu pun tak mampu
merubahnya
ya...semua memang masih seperti dulu
bahkan manja sikapnya padaku
namun...

menunggu sapa

sungguh...
dalam diamku aku ingin berbuat sesuatu
untuk kebahagiaanmu
tak sedetikpun waktu aku mampu melupakanmu
apa lagi niat hati meninggalkanmu
kamu adalah hiasan indah esokku
ah...
betapa resah ini melanda hari hariku
menunggu sapamu
...

aku bukanlah sebilah pedang

jangan buat aku hanya seperti sebilah pedang
yang terselip di pinggang
hunus aku setiap kali ada aral rintang penghalang
usah bimbang...
bila harus menebasnya berulang ulang
agar tak kembali menghadang
agar kau tenang
meskipun aku hanyalah sebatang ilalang
yang kau cabut dari padang
nan gersang
...

lembar lembar rindu

bagaimana bisa aku sembunyikan rasaku
bila pada setiap malam
lembar demi lembar kerinduan ini
kau baca...selalu kau baca
namun seolah kau masih tak percaya
bila aku dalam kisah penantian
akan hadirmu
...

dingin malam...

duhai, malam...
mantra apakah yang kau rapalkan
hingga sedingin ini kehadiranmu aku rasakan
kau buat aku lemah terkulai
tersimpuh...
tak mampu berlari
dari kenyataan rasa yang ada
dalam hati
...

beri dia alasan

dia memang hanya berdiam saat kau bicara tentangnya
namun sebenarnya dia tersenyum kepadamu
dan kau tak menyadari kehadirannya
bahkan seolah kau tak pernah mau tahu tentangnya
saat hatinya seringkali berteriak
memanggil namamu
menanyakan sebuah alasan kepadamu
mengapa seolah ada beribu jarum
menghujam jantungnya
ketika dia rasa kau semakin menjauh
meninggalkannya
...